AKBP Malvino Edward Yusticia Sitohang menekankan bahwa dalam menghadapi kejahatan digital, penggunaan teknologi keamanan digital yang canggih bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Dunia perbankan dan sistem pembayaran digital harus bertransformasi cepat agar mampu menghadapi pola kejahatan yang semakin kompleks.
Pentingnya Teknologi Otentikasi Berlapis
Menurutnya, teknologi seperti two-factor authentication (2FA) atau biometrik seperti sidik jari dan pengenalan wajah harus menjadi standar minimum dalam layanan M-Banking. Ia juga menyarankan agar perbankan mengembangkan sistem pemantauan transaksi secara real-time yang dapat mengidentifikasi pola mencurigakan dan segera melakukan pemblokiran otomatis.
“Teknologi harus menjadi tameng pertama. Sistem keamanan harus mampu mengenali pola anomali dan mencegah transaksi sebelum kerugian terjadi,” ujar AKBP Malvino.
Enkripsi End-to-End dan Sistem Deteksi Ancaman
Ia juga mendorong penggunaan enkripsi data end-to-end dalam semua komunikasi dan transaksi keuangan digital. Enkripsi yang kuat membuat data tidak mudah diakses oleh pihak yang tidak berwenang, meskipun terjadi intersepsi.
Selain itu, beliau mendorong adanya penerapan teknologi artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk mendeteksi ancaman siber secara prediktif.
“Keamanan siber harus beralih dari responsif menjadi prediktif. Kita harus mampu mendeteksi dan mencegah sebelum serangan benar-benar terjadi,” ungkapnya.
Kolaborasi dengan Startup dan Ahli Teknologi
AKBP Malvino juga melihat pentingnya kolaborasi antara lembaga negara dan sektor swasta, khususnya startup teknologi keamanan (cybersecurity) dan para ahli forensik digital. Inovasi yang lahir dari dunia startup dapat membantu memperkuat sistem yang selama ini dianggap terlalu kaku atau lambat beradaptasi.
“Negara harus hadir melalui kolaborasi. Keamanan digital bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga hasil dari gotong royong digital seluruh ekosistem,” tambahnya.
Edukasi Masyarakat Tetap Prioritas
Sebagus apapun teknologi yang diterapkan, menurut AKBP Malvino, jika pengguna tidak memahami risiko dan tidak memiliki budaya digital yang aman, maka sistem tersebut tetap rentan. Karena itu, keamanan digital harus berjalan beriringan dengan edukasi berkelanjutan, baik melalui sekolah, media sosial, maupun komunitas.
Kesimpulan: Menuju Indonesia Digital yang Aman
Dengan pendekatan yang strategis, teknologi yang tepat, dan kolaborasi lintas sektor, AKBP Malvino Edward Yusticia Sitohang optimis bahwa Indonesia dapat membangun ekosistem digital yang aman, adil, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Teknologi bukan hanya alat, tetapi juga perisai. Kita harus cerdas menggunakan teknologi bukan hanya untuk kemudahan, tapi juga untuk melindungi yang kita miliki.”
— AKBP Malvino Edward Yusticia Sitohang